Bek atau pemain belakang adalah posisi yang
sangat vital dalam dunia sepak bola, merekalah benteng pertahanan yang harus
menjaga daerah pertahanan agar para striker lawan tidak dapat membobol
pertahanan mereka dan kemudian mencetak gol. Bagi banyak orang , Bek-bek
terbaik berasal dari italia, hal ini mungkin karna gaya permainan sepakbola
italia memang mengandalakan pertahanannya. tapi ternyata tidak semua bek-bek
terbaik di dunia berada di Italia,
Berikut adalah daftar 10 bek terbaik di
Dunia sepanjang masa yang didasarkan pada prestasi dan skill rata-rata pemain
selama masa bermain :
1. Franz
Beckenbauer (Jerman)
Italia boleh saja menyumbangkan banyak nama
dalam daftar ini. Tapi, tidak ada yang lebih patut berada di posisi puncak
daripada “Sang Kaisar”. Buktinya, banyak pemain yang merasa bangga jika
dibandingkan dengannya. Selain seabrek trofi yang
dikoleksinya, kejeniusannyalah yang membuat ia menjadi sosok yang susah dilupakan. Sepak terjangnya di lapangan sangat elegan. Lebih dari itu, ia adalah pemikir ulung yang membawa revolusi di dunia sepakbola dengan menciptakan peran libero menyerang. Sebelumnya, tak seorangpun pernah berpikir bahwa seorang sweeper juga perlu untuk maju untuk membantu penyerangan, apalagi mencetak gol. Beckenbauer menciptakan taktik ini, dan menjadikannya sebagai bagian dari sepakbola modern.
dikoleksinya, kejeniusannyalah yang membuat ia menjadi sosok yang susah dilupakan. Sepak terjangnya di lapangan sangat elegan. Lebih dari itu, ia adalah pemikir ulung yang membawa revolusi di dunia sepakbola dengan menciptakan peran libero menyerang. Sebelumnya, tak seorangpun pernah berpikir bahwa seorang sweeper juga perlu untuk maju untuk membantu penyerangan, apalagi mencetak gol. Beckenbauer menciptakan taktik ini, dan menjadikannya sebagai bagian dari sepakbola modern.
2. Paolo Maldini (Italia)
Ia tidak hanya hebat karena memiliki
kesetiaan yang besar kepada klubnya, AC Milan. Lebih dari itu, ia adalah bek
paling berprestasi. Bersama Milan, ia meraih tujuh Scudetto dan lima titel Liga
Champions. Sebagai pemain yang paling banyak tampil untuk timnas Italia, Ia
juga menjadi langganan tetap gelar pemain terbaik sepanjang karirnya. Tidak
kurang dari Lilian Thuram pernah mengakui ingin sepertinya.
Satu-satunya kekurangannya adalah ia tidak pernah merasakan juara Piala Dunia.
Satu-satunya kekurangannya adalah ia tidak pernah merasakan juara Piala Dunia.
3. Bobby Moore (Inggris)
Pemain bertahan yang tenang, Moore banyak
dipuji karena kemampuannya dalam membaca arah pertandingan dan mengantisipasi
pergerakan lawan. Ia bukan bek yang hanya mengandalkan tekel keras. Pele
menyebutnya sebagai pemain bertahan paling jujur yang pernah dilawannya. Pada
29 Mei 1963, ia menerima ban kapten timnas Inggris ketika baru berusia 22
tahun, dan menjadi kapten tim senior Inggris termuda sepanjang masa. Prestasi
terbesarnya adalah membawa Inggris menjuarai Piala Dunia 1966.
4. Franco Baresi (Italia)
Baresi menggawangi lini bertahan AC Milan
dalam masa yang oleh banyak pengamat dinyatakan memiliki empat bek terbaik
sepanjang sejarah, yaitu ia sendiri, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan
Mauro Tassotti. Ia juga menghabiskan seluruh karirnya di AC Milan dengan 532
pertandingan. Ia mengoleksi enam Scudetto, tiga Piala Eropa dan Piala Dunia
1982, walau hanya sebagai cadangan. Paolo Maldini banyak berguru padanya, dan
bahkan perkembangan karirnya kemudian mirip dengan Baresi. Ketika kemudian ia
gantung sepatu, Milan memutuskan untuk menyimpan nomor punggung 6 yang selalu
dikenakannya, sebuah penghargaan yang jarang dilakukan di Italia.
5. Lilian Thuram (Prancis)
Bek Prancis paling sukses, dengan koleksi
berbagai trofi dari empat klub di tiga negara, dan dua gelar internasional
bersama timnas Prancis. Kemampuannya dalam membaca permainan dan menempatkan
diri di lapangan membuatnya berbeda dari pemain bertahan kebanyakan. Ia telah
tampil dalam 142 pertandingan untuk Prancis, yang menjadikannya pemain yang
paling sering diturunkan. Meski kurang mendapat pujian jika dibandingkan dengan
bintang Prancis lainnya, seperti Zinedine Zidane dan Theirry Henry, perannya di
timnas tidak kalah pentingnya. Ia membantu Prancis memenangkan Piala Dunia 1998
dan Piala Eropa 2000.
6. Roberto Carlos (Brasil)
Roberto Carlos tampil di tiga Piala Dunia
bersama Brasil. Selain membawa timnya ke final 1998, ia juga menjadi pemain
kunci pada saat Brasil menang empat tahun kemudian. Kontribusinya sebagai
pengeksekusi tendangan bebas juga tidak bisa diremehkan, termasuk pada 3 Juni
1997, ketika ia mencetak gol dari jarak 35 m saat melawan Prancis. Di Real
Madrid, ia meraih empat gelar juara La Liga, tiga Liga Champions dan dua Piala
Intercontinental. Ia juga merupakan salah satu dari enam pemain yang tampil
lebih dari seratus kali di Liga Champions. Pele memasukkannya dalam daftar 125
pemain sepakbola terhebat sepanjang masa pada Maret 2004. Ia juga mendapat
pengakuan sebagai legenda sepakbola internasional, dengan diberikannya
Penghargaan Kaki Emas 2008.
7. Fabio Cannavaro (Italia)
Kapten Italia ini merupakan bek pertama
yang dinobatkan menjadi Pemain Terbaik Dunia oleh FIFA setelah Italia menjuarai
Piala Dunia pada 2006. Pada tahun yang sama, ia juga memenangi gelar Pemain
Terbaik Eropa, dan dua kali terpilih dalam pasukan FIFPro World XI, yaitu pada
2005/06 dan 2006/07. Sayang, walau pernah meraih gelar juara La Liga dua kali
dengan Real Madrid, ia belum pernah menang di Serie A.
8. Lothar Matthaus (Jerman)
Matthaus baru bermain sebagai pemain
belakang saat usianya sudah merambah 30-an. Sebelumnya ia lebih banyak berada
di lini tengah. Toh dimanapun ia bermain, Maradona menyebutnya sebagai rival
terberat. Dan kenapa tidak? Tak kurang dari tujuh gelar Bundesliga pernah
menjadi miliknya, ditambah dengan tiga Piala Jerman, sebuah mahkota Serie A,
dua Piala UEFA, satu Kejuaraan Eropa, serta Piala Dunia. Komunitas sepakbola
Jerman menobatkannya menjadi pemain terbaik pada 1990 dan 1999, dan FIFA pun
tak segan memberikan gelar pemain terbaik dunia 1991 padanya.
Sayang karirnya sebagai pelatih tidak secemerlang itu. Ia dipecat dari timnas Hongaria dan Red Bull Salzburg.
Sayang karirnya sebagai pelatih tidak secemerlang itu. Ia dipecat dari timnas Hongaria dan Red Bull Salzburg.
9. Giacinto Facchetti
(Italia)
Meski karirnya berawal sebagai pemain
depan, Facchetti kemudian beralih menjadi salah satu bek paling efektif dalam
sejarah sepakbola Italia. Rentetan gelar yang dikoleksinya antara lain adalah
Scudetto pada 1963, 1965, 1966, dan 1971; Coppa Italia 1978; Piala European
Champions Club (sekarang Liga Champions) 1964 dan 1965; Piala Intercontinental
1964 dan 1965, serta pemenang Euro 1968. Hebatnya lagi, semua gelar klubnya
diraih bersama satu klub, yaitu Inter Milan. Tak heran jika Pele memasukkannya
dalam daftar FIFA 100.
10. Daniel Passarella
(Argentina)
Inilah pemain serba bisa dari Argentina.
Jago bertahan maupun menyerang, dan membantu terciptanya peluang bagi rekan
setimnya, sekaligus menyapu bersih usaha lawan-lawannya. Ia juga dikenal
efektif dalam eksekusi penalti dan tendangan bebas. Dengan 134 gol dalam 451
pertandingan, ia pernah mencetak rekor sebagai bek paling haus gol sepanjang
masa. Meski demikian, rekor yang sama di Serie A Italia masih menjadi miliknya
hingga saat ini. Ia sering dibandingkan dengan Beckenbauer.
Prestasinya yang paling menonjol adalah dua kali juara dunia bersama Argentina, yaitu pada 1978 dan 1986. Ia juga memenangkan Liga Utama Argentina selama empat kali bersama River Plate.
Prestasinya yang paling menonjol adalah dua kali juara dunia bersama Argentina, yaitu pada 1978 dan 1986. Ia juga memenangkan Liga Utama Argentina selama empat kali bersama River Plate.
0 komentar:
Posting Komentar